28 May 2011

Alasan Linux Tidak Akan Melebihi Windows



Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi lonjakan animo terhadap Linux, baik server maupun desktop. Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap lonjakan ini. Pertama, adanya kecenderungan dari desktop yang besar ke yang lebih kecil, tetapi kurang kuat, yaitu notebook-dan sekarang netbook. Kedua, semakin banyak distribusi Linux yang user-friendly, seperti Ubuntu, yang muncul ke pasaran. Terakhir, datang sistem operasi yang disukai, tetapi dibenci-Windows Vista yang lebih memakan resource. Akumulasi faktor-faktor ini telah menyebabkan banyak pengguna Linux yang memberikan serangan baik.
Namun, penggunaan Linux sebagian besar masih sekedar wacana, entah karena banyak kelemahan yang melekat pada Linux sehingga terabaikan atau fakta bahwa pengguna rindu dengan fungsi Windows yang mereka kenal. Ada beberapa alasan Linux tidak akan melebihi Windows.



Perbandingan Biaya Sering Menyesatkan

Mari kita lihat dulu poin yang paling kontroversial. Pertama, terutama dalam server, kita harus mencoba untuk membandingkan apel dengan apel. Hal ini berarti membandingkan server Windows dengan Linux berbayar. Sejauh ini, distribusi yang paling dominan adalah Red Hat Enterprise Linux (RHEL). Jadi, ini sepertinya perbandingan yang paling logis. Meskipun banyak pilihan bebas di luar sana, seperti CentOS, untuk bisnis yang menjalankan beban kerja kritikal, sistem operasi yang tidak didukung ibarat pil yang susah ditelan.
Ada beberapa cara kita bisa melihat biaya. Pertama, kita bisa melihat biaya langsung yang berkaitan dengan akuisisi platform. RHEL adalah lisensi berbasis langgana yang berarti bahwa daripada membayar untuk software itu sendiri, Anda membayar untuk dukungan. Dukungan dalam hal ini tidak hanya dukungan teknis atau troubleshooting lewat telepon (meskinpun sebenarnya ini diikutsertakan juga, terlepas Anda mau atau tidak), tetapi juga termasuk patch standar dan perbaikan bug.
Dukungan standar untuk RHEL adalah $1,199 per tahun untuk server. Bandingkan dengan $1,029 untuk Windows Server 2008. ada pula fitur yang tidak disertakan dan harus dibeli secara teroisah, seoerti Red Hat Directory Server-ribuan lebih per tahun. Cara lain untuk melihat biaya adalah Total Cost of Ownership (TCO) dan ini mengarah ke poin berikutnya.

Tenaga Ahli Windows Lebih Banyak
Ketika melihat total cost of ownership (TCO), kita tidak hanya melihat biaya software, tetapi juga biaya staf dan administrasi, biaya karena downtime, biaya hardware, dan lain-lain. Dari biaya tersebut, biaya staf adalah biaya terbesar, lebih dari setengah TCO. Dalam hal ini, Windows menang karena tenaga ahli yang berpengalaman dengan Windows yang jauh lebih banyak dan umumnya lebih murah dari pada tenaga ahli Linux dan mereka dapat lebih produktif.
Dengan Linux, pengaturan mesin biasanya digunakan dari command line dan menggunakan script untuk mengotomatisasi proses. Namun, dengan Windows Server 2008, PowerShell sekarang terintegrasi, yang berarti orang-orang Windows juga dapat melakukannya tentunya dengan lebih baik. Ditambah lagi adanya System Center, di mana hampir semua tugas manajementersedia dengan satu klik tombol dan Windows lebih mudah dikelola.

Linux Tidak Benar-Benar Bersaing secara Berhadapan Langsung
Saat ini, Linux dan Windows berbagi pangsa server. Bagaimana mungkin itu terjadi? Mesin UNIX tua dibuang untuk mewujudkannya. Sekarang ini, perusahaan menukar mainframe tua atau server UNIX mereka dengan hardware x86 yang lebih murah.
Sayangnya, pasar UNIX dan modernisasi mainframe semakin mengecil. Setelah itu, Linux harus bersaing secara berhadapan langsung dengan Windows untuk melanjutkan pertumbuhan dan ini jauh lebih sulit untuk dilakukan. Mengapa organisasi yang sudah menggunakan Windows harus mengganti platform dan membangun seluruh set keterampilan Linux baru?

Windows Lebih Akrab dan Mudah Digunakan
Apapun yang dikatakan tentang Windows, ia lebih mudah digunakan. Kita suka menu Start dan Task Manager dan system tray. Sebagian dari kita bahkan mulai menyukai gadget. Anak muda sekarang ini tidak pernah menggunakan MS-DOS, bahkan jika mereka mulai menggunakan komputer pada usia dini. Mereka tidak nyaman dengan command line Linux.
Jangan salah sangka, Linux telah banyak berkembang. Namun, masih banyak hal di luar Linux yang harus dilakukan secara manual, seperti instalasi program. Mayoritas pengguna akan berkata, “Jadi saya harus meng-compile sendiri? Tidak, terima kasih”.

Lebih Banyak Software Tersedia untuk Windows
Ini satu lagi hal yang sudah jelas di Windows. Ini bukan tentang bisa memainkan game terbaru meskipun jika itu adalah salah satu masalah yang paling sering diisukan terhadap penggunaan Linux. Karena Windows adalah sistem operasi yang dominan, lebih banyak (dan biasanya lebih berkualitas) software yang tersedia untuk Windows daripada untuk Linux. Sebagian besar software berasal dari Microsoft itu sendiri.
Sebagai contoh, mari kita ambil salah satu keberhasilan terbesar open source, yaitu OpenOffice. OpenOffice adalah software yang andal, terlebih mengingat ia gratis. OpenOffice sudah memadai untuk pengguna biasa atau anak sekolah yang mengetik beberapa tugas. Namun, sebagai penulis, tidak bisa dibayangkan jika tidak menggunakan Microsoft Office untuk waktu yang lama. Ketika berbicara tentang fitur seperti SmartArt, pembuatan tabel secara cepat, mengedit dan meninjau fungsim dan memasukkan segala jenis objek ke dokumen, Microsoft Office tidak ada tandingannya. Bila kita bandingkan lagi sampai presentasi sampai spreadsheet, kesenjangannya semakin besar.
Sekarang memang banyak software Windows favorit kita yang bisa dijalankan dengan emulator seperti Wine atau pada mesin virtual yang menjalankan Windows. Namun, jika kita harus melakukan itu sepanjang waktu, mengapa menggunakan Linux dari awal?

Windows Vista Hanyalah Sebuah Gundukan di Jalan
Vista telah menjadi anak tiri dalam dunia sistem operasi. Semua orang suka memojokkannya dan itu memang tidak sepenuhnya tanpa alasan. Vista memakan resource seperti sistem operasi sebelumnya dan pada awalanya, ada banyak masalah yang kompatibilitas software dan hardware. Tanpa terlalu jauh “menyanyikan” Windows 7, tidak ada alasan untuk mengharapkan kekurangan Vista akan diulang pada generasi berikutnya.
Windows Vista seperti rasa sakit yang dialami oleh seorang remaja ketika dia mulai dewasa. Terlalu banyak hal yang terjadi sekaligus dan pasti akan ada rasa sakit. Perubahan sekuriti UAC, penanganan aplikasi oleh sistem operasim banyak gadget yang bagus tapi memakan resource, dan poin lainnya, semua terjadi pada saat yang bersamaan dengan begitu banyaknya pengguna yang beralih dari desktop mereka yang powerful, tetapi mendapatkan sistem operasi yang lamban dan sesuatunya tidak selalu bekerja dengan benar.
Namun, Windows 7 lebih cepat. Vendor software dan Microsoft memiliki waktu untuk memperbarui kode mereka sehingga sekarang aplikasi sudah kompatibel. Mungkin sekarang, Vista sudah di belakang kita.

Hardware yang Terus Maju

Sekarang, dengan Windows 7 yang secara signifikan lebih cepat daripada Vista, tidak berarti Windows 7 tidak terlalu menuntut hardware seperti Linux. Untungnya, seiring dengan hardware yang semakin meningkat, kita sekarang bisa mendapatkan processor quad-core dan RAM 8GB di laptop kita. Intel juga telah mengeluarkan processor Atom dual-cpre. Seiring dengan hardware yang terus maju, argumen Linux akan menjadi semakin tidak relevan.
Selagi kita membicarakan netbook, kita jadikan saja sebagai contoh. Dengan argumen Linux yang selalu mengembar-gemborkan penggunaan hardware yang rendah, netbook tampaknya bisa menjadi kandidat yang sempurna untuk konversi dari Windows ke Linux. Namun, seperti yang pernah dinyatakan Direktur MSI wilayah Amerika Serikat dalam wawancaranya dengan salah satu media, tingkat pengembalian netbook yang menjalankan Linux jauh lebih besar daripada yang menjalankan Windows, “User mulai bermain-main dengan Linux dan mulai menyadari bahwa itu bukan seperti yang biasa mereka gunakan. Mereka tidak ingin menghabiskan waktu untuk belajar sehinggan mereka membawanya kembali ke toko. Tingkat pengembalian netbook Linux setidaknya empat kali lebih daripada netbook Windows XP”.

Klaim tentang Open Source Tidak Lagi Relevan
Sebagian besar publisitas tentang Linux sebenarnya lebih tentang perkembangan open source secara umum. Slogannya semua terdengar baik: open source adalah tentang berbagi, kolaborasi, menyebarkan pengetahuan. Yang pasti, tidak ada yang salah dengan model open source dan penggunaanya pasti membantu munculnya ide-ide baru dalam pengembangan software.
Namun, sebagai model bisnis dan model untuk pengguna akhir, itu kurang wajar. Open source menyebabkan kurangnya standarisasi. Ego antara pengembang yang berbeda akan saling bertabrakan dan yang terkena dampaknya adalah produk akhir. Jangan lupa pepatah lama, “terlalu banyak bisa merusak kaldu”.
Klaim lainnya adalah Linux dan software open source lebih aman dari Windows dan software Microsoft. Hal ini sebagian besar didasarkan masalah pada Windows versi lama. Pada masa NT dan Windows 2000, klaim itu memang ada benarnya, tetapi sangat kurang begitu benar lagi sekarang ini.
Beberapa tahun terakhir perihal sekuriti mendapat perhatian besar. Dan sekarang, dengan Windows Server 2008, Windows Vistam dan seluruh jajaran produk terdepannya, Microsoft menjalankan armada yang tangguh-cukup sehingga pesaing utama seperti Red Hat tidak lagi membesar-besarkan argumen sekuriti terhadap Windows.

Linux Masih Terlalu Terburu-buru
Karena dulu pembela Linux langsung memunculkan masalah yang terkait dengan Vista (yang mungkin dirilis terlalu dini), tampaknya adil jika kita memunculkan isu-isu yang sama tentang Linux. Meskipun laporannya tidak sebesar masalah dengan Vista, dimasukkannya KDE 4 dengan Fedora 9 mungkin sama banyak masalahnya.
Ini bukan masalah besar karena lingkupnya kecil. Namun, masalahnya adalah bahwa itu merupakan gejala akan masalah yang lebih besar di dunia Linux, yaitu lebih banyak penekanan pada inovasi teknologi daripada kegunaan dan seiring sebuah teknologi akan terjatuh atau digantikan dengan sesuatu yang baru dalam waktu yang singkat.
Lihat sejarah hypervisor Red Hat. Pada skhir 2004, Red Hat mengumumkan dukungan untuk Xen. Pertama dengan Fedora dan menyusul pada RHEL. Lalu satu setengah tahun kemudian pada musim panas 2006 diumumkan bahwa Xen belum siap. Kurang dari setahun kemudian, pada musim semi 2007, RHEL 5 dirilis dan Xen menjadi fitur utama. Pada musim panas 2008, di Red Hat Summit, diumumkan pergeseran dari Xen ke KVM.
Apakah Xen atau KVM yang lebih baik bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah penekanan pada teknologi terbaru tetapi mungkin belum diuji yang menyebabkan perubahan yang cepar dan tidak konsisten sehingga pengguna berebut untuk mengikutinya.

Tidak Selalu Responsif terhadap Pengguna Umum
Semua alasan yang telah disebutkan membawa kita pada alasan terakhir Linux tidak akan melebihi Windows, yaitu komunitas Linux dan pengguna serta pendukungnya sendiri. Linux adalah sistem operasi untuk “orang aneh”. Tentu saja tidak ada maksud untuk merendahkan pengguna Linux. Orang aneh dalam hal ini adalah pengguna yang sangat terampil kemampuan teknisnya yang mendapatkan kesenangan dari teknologi itu sendiri.
Masalahnya adalah mayoritas orang bukanlah orang aneh. Di lingkungan yang tidak dikenal dan lebih sulit, ketika orang yang baru kali pertama menggunakan Linux menghadapi masalah dan meminta bantuan kepada komunitas, sering mereka mendapat ejekan. Mereka tidak mau mendengar, “Yang harus Anda lakukan adalah meng-compile ulang kernel”.
Meskipun hal ini mungkin tidak terjadi pada semua pengguna, banyak individu yang berdedikasi untuk menyediakan dukungan gratis dalam forum di seluruh dunia, dan pengguna Linux sebagai anggota komunitas dapat menerima semua pengguna yang bukan programmer, bahkan pengguna ahli, tidak akan mungkin Linux melaju ke atas.

Dikutip dari Majalah PC Media edisi 05/2011.

No comments:

Post a Comment